Jarum jam menunjukkan saat itu pukul 07.30 WIB. Barisan orang berseragam tampak berjajar rapi di sekitar tiang bendera. Selidik punya selidik, hari itu Ubaya mengadakan upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Dua Mei lalu, bertempat di lapangan parkir sepeda motor Kampus Ubaya Tenggilis, seluruh dosen, karyawan, mahasiswa angkatan 2007, serta penerima beasiswa hadir dalam peristiwa ceremonial itu.

“Setiap memperingati Hardiknas, kita selalu mengenang jasa dan kepeloporan seorang tokoh pembangunan pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah pelopor pembangunan pendidikan di tingkat nasional yang dalam perjalanan hidupnya sangat gigih berjuang untuk memajukan pendidikan,” kutip pesan yang disampaikan Prof Bambang Sudibyo, menteri Pendidikan Nasional yang dibacakan oleh Prof. Wibisono, rektor Ubaya.

Tema “Hardiknas 2008 Sebagai Bagian Dari Peringatan 100 tahun Kebangkitan Bangsa” mengandung makna yang mendalam. Makna tersebut terkait dengan momen kebangkitan bangsa, khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional. “Visi Pendidikan Nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia berkualitas, sehingga mampu dan proaktif manjawab tantangan zaman yang selalu berubah,” sambung Bambang dalam suratnya itu.

Menurut salah satu mahasiswa penerima beasiswa dari Poltek Ubaya, Kevin Ismanto, “Hardiknas itu merupakan hari peringatan pentingnya pendidikan”. “Tanpa pendidikan, suatu negara tidak akan bisa maju dan berkembang. Pendidikan adalah suatu jalan yang harus di tempuh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang telah dirasakan sekarang ini, pendidikan di Indonesia sudah melahirkan teknologi dan kemajuan pesat,” tandas Kevin lagi.

“Jadikan peringatan Hardiknas tahun 2008 ini sebagai semangat untuk terus membangun peradaban bangsa Indonesia sehingga kita menjadi bangsa yang berbudaya, cerdas, bermutu, dan mampu bersaing dalam kancah pergaulan dunia internasional,” pesan Bambang di akhir suratnya.